designsuperstars.net, JAKARTA – Hasil survei Rumah123 menunjukkan Bogor mengalami kenaikan harga rumah tertinggi di Jabodetabek hingga 6,4 persen, disusul Tangerang (2,6 persen), Bekasi (1,9 persen), Depok, dan Jakarta (1,4 persen).
Marisa Jaya, Kepala Riset Rumah 123, dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (1/4/2024) mengatakan wilayah Jabodetebek juga memiliki kesenjangan pertumbuhan harga yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga tahunan di kota hujan, yakni sebesar 3,4 persen. .
Sementara itu, kota lain di Indonesia yang memiliki perbedaan pertumbuhan harga yang besar dibandingkan kenaikan harga tahunan pada bulan ini adalah Denpasar (19,3 persen) dan Medan (1,3 persen).
“Bogor yang unggul di kawasan Jabodetebek kini semakin menarik bagi investor properti yang mencari keuntungan jangka panjang. Kota ini juga semakin banyak dicari sebagai kawasan hunian primadona yang dikembangkan oleh sejumlah perusahaan besar. perusahaan ternama, dan rumah tinggal serta rumah tinggal dan tempat tinggal,” kata Marisa Jaya.
Marisa menjelaskan, dalam tiga bulan terakhir masyarakat yang mencari tempat tinggal di Bogor masih memiliki harga Rp 400 juta-Rp 1 miliar (33,74 persen), Rp 1 miliar-Rp 3 miliar (26,79 persen) dan didominasi oleh faktor utama dalam daftar. Rp400 juta (26,56 persen).
Daerah terpopuler di Bogor adalah Babakan Madang (14,97 persen), Sibinong (9,11 persen), Silengsi (5,46 persen), Gunung Putri (5,27 persen) dan Bojonggede (4,18 persen). Sebagai gambaran, harga rumah di Indonesia secara keseluruhan juga meningkat sebesar 2,4 persen pada Februari 2024 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, Marissa menjelaskan, di wilayah luar Jabodetabek, ada tiga kota di Pulau Jawa yang mengalami kenaikan harga setiap tahunnya, yakni Semarang (3,3 persen), Surabaya (2,8 persen), Surakarta (2,7 persen), dan Bandung (1,1). persen). ).
Perpaduan antara potensi pariwisata dan perkembangan industri yang kuat menjadikan Semarang semakin menarik sebagai tempat tinggal yang menarik dan memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, kata Marisa.
Sedangkan di luar Pulau Jawa, pertumbuhan harga dipimpin oleh Denpasar (12 persen), disusul Medan (5,2 persen), dan Makassar (0,3 persen). Berdasarkan data inflasi harga rumah tahunan berdasarkan rentang ukuran, Rumah123 mengidentifikasi segmen rumah di bawah 60 meter persegi dan 60-90 meter persegi yang mengalami kenaikan harga rata-rata tertinggi.
Kenaikan harga rumah kurang dari 60 meter persegi tertinggi terjadi di Bandung yang mencapai 34,1 persen dengan harga rata-rata Rp 590 juta. Sementara pada kisaran 60-90 meter persegi, kenaikan tertinggi terjadi di Denpasar dengan rata-rata harga 38,2 persen mencapai Rp 1,3 miliar.
Pada triwulan I tahun 2024, kenaikan harga rumah yang cukup signifikan dengan luas kurang dari 60 meter persegi dan kisaran 60-90 meter persegi mungkin disebabkan oleh beberapa faktor. Misalnya, tingginya permintaan, terutama di kawasan perkotaan terencana, didukung oleh akses terhadap fasilitas dan layanan publik, seperti tempat kerja, kawasan perbelanjaan, sekolah, dan transportasi; Serta harga rumah dan biaya perawatan yang terjangkau.
“Mungkin karena gaya hidup yang mendorong kecintaan terhadap rumah mungil, di mana mereka ingin semuanya fungsional, memaksimalkan setiap ruang dengan cara yang unik,” ujarnya.