BYD Pakai Baterai LFP karena Utamakan Faktor Keamanan

Read Time:3 Minute, 5 Second

designsuperstars.net, Jakarta – PT BYD Motor Indonesia memastikan tiga produk mobil listriknya yakni Dolphin, Atto 3, dan Seal menggunakan baterai Blade yang merupakan baterai lithium iron phosphate (LFP). Baterai ini tidak menggunakan bahan nikel apapun.

Baterai LFP dipilih sebagai sumber tenaga mobil listrik BYD karena dianggap lebih aman dan memiliki umur yang sangat panjang.

“Sejauh ini menurut riset kami, aki LFP masih lebih aman. Jadi bukan soal bahan bakunya, tapi sudut pandang kami adalah keselamatan,” jelas Head of Marketing PT BYD Motor Indonesia, Luther T Pandjaitan, bersama BYD. Test drive Dolphin multimedia di kawasan BSD, Tangerang, Banten, Selasa (23/1/2024).

Dari penelitian yang dilakukan secara independen oleh BYD, Baterai Blade memiliki kemampuan yang lebih canggih dibandingkan baterai lainnya untuk diaplikasikan pada kendaraan listrik. Baterai jenis ini mampu digunakan hingga 600 km dan mampu meningkatkan kepadatan energi hingga 50 persen.

Tingkat keamanan Battery Blade ini juga sudah teruji dengan peningkatan yang signifikan. Baterai Blade merupakan satu-satunya yang lolos serangkaian pengujian, salah satunya adalah Nail Penetration Test yang menguji kemampuan baterai dalam menghilangkan kemungkinan penyalaan jika terjadi kecelakaan.

Dari segi umur panjang, sel Baterai Blade memiliki umur 1.200.000 km atau sekitar 3.000 kali pengisian daya, sehingga sangat cocok untuk penggunaan jangka panjang.

Luther pun mengklarifikasi banyak hal saat pihaknya mulai menerapkan proses konvensi internal. Membawa kembali komponen lokal dan aspek lainnya akan menjadi fokus pabrikan China tersebut.

“Dalam pembuatan konten lokal, saya rasa mekanisme yang ditetapkan pemerintah cukup kuat sehingga mengharuskan kita mencapai tingkat konten lokal baik dari segi perakitan, bahan baku, komponen utama, tenaga kerja, penelitian dan pengembangan, dan lainnya sesuai dengan kebutuhan mereka. ekspektasinya,” jelasnya.

Menurutnya, hal-hal tersebut sudah menjadi standar bagi semua pabrikan, baik pemain lama maupun baru.

“Ketika kami memutuskan untuk memperluas Indonesia sebagai bisnis jangka panjang dan sekaligus sebagai manufaktur, kami jelas sejalan dengan apa yang diinginkan pemerintah,” kata Luther.

“Saya kira BYD sudah memenuhi ekspektasi tersebut, termasuk konten lokal. Lebih detailnya nanti kalau kita masuk ke bidang proses produksinya,” imbuhnya.

Build Your Dreams (BYD) adalah salah satu produsen mobil listrik tercanggih dalam hal pengembangan baterai. Pabrikan asal China ini sudah memiliki baterai sendiri bernama baterai blande yang menggunakan bahan LFP atau lithium iron phosphate sebagai pengganti nikel.

Dengan tidak lagi menggunakan nikel dan keputusan BYD untuk masuk ke Indonesia dengan rencana membangun ekosistem kendaraan listrik di negara tersebut, apakah BYD akan mendapatkan keuntungan dari kelebihan nikel di Indonesia?

Menurut Liu Xueliang, General Manager BYD Asia-Pasifik, pihaknya saat ini menggunakan baterai jenis LFP dan belum memanfaatkan kandungan nikel secara maksimal. Namun melihat potensi nikel di Indonesia, merek asal China ini mengaku akan mempertimbangkan pengembangan dan penggunaan bahan baku yang banyak tersedia di Indonesia.

“Kita tahu Indonesia punya banyak nikel. Oleh karena itu, BYD akan mengkaji lebih jauh pemanfaatan bahan baku nikel di Indonesia,” jelas Liu, saat peluncuran merek BYD di Indonesia, belum lama ini.

Sebelumnya, saat ditemui di China, Liu juga menyatakan bahwa pemilihan material LFP lebih pada aspek keamanan. Pasalnya, BYD memulai bisnisnya sebagai produsen baterai dan menganggap baterai LFP lebih aman.

“Keselamatan selalu menjadi nomor satu dan keamanan nomor dua, jadi kami yakin baterai LFP adalah pilihan yang layak untuk produksi massal dan penggunaan massal,” tegasnya.

Sementara BYD sendiri berencana berinvestasi dalam pembangunan pabrik dan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Seperti dilansir Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, investasi BYD mencapai $1,3 miliar atau Rp 20 triliun.

Berdasarkan informasi yang saya terima, investasi BYD sebesar 1,3 miliar dolar dengan kapasitas produksi 150 ribu unit, kata Airlangga, saat peluncuran BYD di Indonesia, Kamis (18/1/2024).

Sementara itu, Airlangga juga mengatakan, untuk model pertama yang diluncurkan di Indonesia, pabrikan asal Tiongkok ini langsung memboyong 3 mobil listrik yaitu Dolphin, Atto 3 dan juga Seal.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Tren Big Data Merambah ke Industri Rumah Tangga
Next post Restrukturisasi Kredit Covid-19 Berakhir, BRI Respons Positif