Indonesia Kini Punya Alat Deteksi Gagal Jantung Berbasis AI, Tingkat Akurasi Nyaris 100 Persen

Read Time:2 Minute, 28 Second

designsuperstars.net, Jakarta – Bekerja sama dengan SPACE Singapura, Primaya Hospital memperkenalkan HFM (Heart Failure Monitor), teknologi pemantauan jarak jauh untuk pasien gagal jantung pertama di Indonesia. Alat ini bekerja dengan mendeteksi tanda-tanda vital pada pasien gagal jantung dan memungkinkan dilakukannya intervensi atau pengobatan secara cepat dan tepat.

Menurut European Society of Cardiology, satu dari lima orang di seluruh dunia berisiko terkena gagal jantung, dan angka penyakit ini meningkat seiring bertambahnya usia. Menurut data International Journal of Cardiology tahun 2016, lebih dari 13 juta orang di Indonesia pernah mengalami gagal jantung.

Hal ini terkait dengan gagal jantung, gagal napas, dan pembengkakan kaki. Kondisi ini tidak dapat disembuhkan sepenuhnya dan dapat ditangani dengan pemantauan dan penatalaksanaan gaya hidup secara rutin untuk mencegah memburuknya.

HFM, perangkat medis berbasis kecerdasan buatan (AI) berupa stetoskop yang terhubung dengan aplikasi portabel, dapat mendeteksi kelebihan cairan di paru-paru, gejala umum gagal jantung, dalam waktu 30 detik. . dada pasien. Hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam aplikasi mobile untuk dianalisis oleh dokter dan pengobatan yang tepat.

HFM diuji pada lebih dari 3.000 catatan dari Rumah Sakit Tan Tock Seng dan Rumah Sakit Primaya, bagian dari Singhealth Group di Singapura, dengan akurasi lebih dari 90 persen. Standar perawatan pasien gagal jantung adalah dengan mengukur berat badan secara berkala, namun hal ini kurang efektif karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi penambahan berat badan.

Pendiri dan CEO SPACE Singapura Profesor Wee Sir, yang merupakan Fakultas Emeritus di Nanyang Technological University, Singapura, mengatakan gelombang startup teknologi medis berikutnya akan melihat peningkatan perangkat medis pintar yang mengandalkan kecerdasan buatan (AI). ) dan teknologi sensor seperti peralatan manufaktur.

“Hal ini memungkinkan penilaian dan manajemen mandiri, dapat dipersonalisasi dan memungkinkan skrining penyakit jantung paru dan penyakit lainnya. Hal ini akan merevolusi manajemen layanan kesehatan di masa depan,” katanya.

Primaya Hospital Tangerang merupakan rumah sakit pertama yang menggunakan HFM untuk pasien gagal jantung. Rony M Santoso SpJP(K) FIHA, ahli jantung RS Primaya, salah satu peneliti yang mengembangkan alat tersebut, mengatakan lebih dari 100 pasien gagal jantung dalam pengobatan telah menggunakan HFM untuk memperbaiki kondisi rumah.

“Alat ini berguna bagi pasien untuk memantau kondisinya secara berkala dan memberi tahu dokter bila ada kekhawatiran terhadap kondisi pasien. Memberikan ketenangan bagi pasien setelah pulang dari rumah sakit, di rumah, atau saat bepergian,” ujarnya.

Dengan memberikan informasi terkait keluhan pasien, HFM bermanfaat tidak hanya untuk intervensi yang cepat, namun juga untuk penanganan penyakit yang saat ini sulit dilakukan secara lebih efektif.

Sementara itu, Leona A Karnali, CEO Primaya Hospitals Group, mengatakan Layanan Kardiovaskular merupakan salah satu layanan unggulan Primaya Hospitals Group yang melayani 1.000 prosedur setiap bulannya.

“Kami terus mengembangkan teknologi dan perangkat medis untuk memungkinkan para profesional medis memperluas keahlian mereka ke prosedur dan layanan yang lebih kompleks.”

Primaya Hospital menawarkan berbagai prosedur antara lain OCT untuk visualisasi 3D arteri koroner secara real-time, Rotablator, Rotablator untuk ablasi pembuluh darah, laboratorium canggih berbasis AI, IVI yang menggunakan gelombang suara untuk pemeriksaan jaringan lunak, Pengobatan Ginjal, Ablasi untuk Aritmia, Jantung Pembedahan atau CABG.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Dapat Sambutan Positif, Inden Fuso Canter Bus di Indonesia Sampai 2 Bulan
Next post Keren! Gen Z Disebut Sebagai Generasi Paling Sadar Lingkungan