Tidak Berpolitik Praktis, Ponpes Gontor Tolak Kunjungan Capres-Cawapres

Read Time:2 Minute, 14 Second

JAKARTA – Pondak Modern Darussalam Gontor menolak kedatangan calon presiden dan calon wakil presiden (Capres-Cavapres) pada Pemilu 2024. Anggota Dewan Wakaf Gontor KH Hidayat Nur Wahid (HNW) memberikan konfirmasi di Jakarta, Jumat. , 21 Oktober 2023

Menurut Hidayat, Gontar sebagai pesantren tidak terlibat dalam politik praktis. Hal itu menjadi motto Pondok Pesantren Gontar “untuk di atas dan semua golongan”.

“Sebagai alumni, Gonter sebagai organisasi bisa dibilang tidak terlibat dalam politik, apalagi berhubungan dengan Gonter. Jadi Gontar netral secara politik, netral terhadap partai politik, netral terhadap opini politik,” kata Hidayat Noor Wahid.

Oleh karena itu, Hidayat meminta calon presiden dan wakil presiden tidak hadir di Pondok Pesantren Gontar karena terkait dengan praktik kampanye politik. Siswa Honoror, lanjutnya, ditanamkan sejak awal ciri-ciri Indonesia dalam kesehariannya tanpa membedakan asal usulnya.

Oleh karena itu, calon presiden bisa datang ke pesantren lain untuk mendapatkan dukungan praktis, ujarnya.

Meski Gontor tidak terjun ke dunia politik, Gidayat, Wakil Ketua MPR RI, menegaskan Gontor tetap mendidik masyarakatnya tanpa buta politik dan memberikan kebebasan kepada mahasiswanya untuk aktif di organisasi kemasyarakatan. Termasuk bergabung dengan partai politik.

Hidayat menyebut nama-nama lulusan Gontor yang aktif di organisasi partai politik, antara lain dirinya dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), mantan duta besar untuk Azerbaijan. Husnan Bey Fanani di Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

“Ini gambaran kita dari berbagai partai, non partai, kita tetap punya persaudaraan Islam. Itu dari awal di Gontoru, dari awal di asrama, karena kita berasal dari latar belakang yang sama, kita mempunyai semangat Uhua, “perekat rakyat” sehingga keberagaman parpol yang mereka ikuti benar-benar memberikan pengaruh yang besar. bayangan dalam politik, atas kehendak Tuhan, dan tidak menjadi penyebab perpecahan di antara anak-anak bangsa” tegasnya.

Politik tingkat tinggi

Senada, Lukman Hakeem Saifuddin, alumnus Pondok Pesantren Gontor, menambahkan bahwa Gontor sebagai lembaga Islam tidak berpolitik sesuai dengan semboyannya “melampaui segala golongan” dan “menjadi perekat”. Umma’.

Namun, Lukman menjelaskan, ada dua jenis politik dalam praktiknya. Yang pertama adalah politik rendah, yaitu politik pragmatis-pragmatis. Kedua, politik tinggi (politik pada tingkat tertinggi), yaitu politik nilai, politik makna – nilai kemanusiaan universal.

“Jangan dikira Gonthuru apolitis kalau tidak berpolitik, sebenarnya tidak berpolitik, politik praktis, tapi Gontor tetap melakukan politik tingkat tinggi, politik dengan nilai-nilai,” kata Lukman. .

“Saya khawatir Gontur terkesan apolitis, padahal tidak, makanya politik praktis praktis tidak dilakukan, silakan diberikan kepada parpol politisi yang punya medan pertempuran. Gontur kan politik tinggi dengan nilai-nilai itu,” ujarnya. ditambahkan. Apakah Yahya pernah bercanda soal posisi menteri di kabinet berikut ini: Mungkin NU Seluruh Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Stakuf atau Has Yahya ada sebagian warga Indonesia yang bersikeras bahwa mereka adalah bagian dari NU. designsuperstars.net.co.id 18 April 2024

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Alan Walker Kembali ke Jakarta untuk Gelar Konser, Intip Harga Tiketnya
Next post Ini Jurus Kominfo untuk Bantu Operator Telekomunikasi yang Hadapi Situasi Sulit